Foto Wisuda Pasca Sarjana

Jumat, 14 Mei 2010

APAKAH KITA SEMUA HARUS BERKATA-KATA DENGAN BAHASA ROH?

Penulis : Manfred T. Brauch
"Aku suka, supaya kamu semua berkata-kata dengan bahasa roh, tetapi lebih daripada itu, supaya kamu bernubuat." 1 Korintus 14:5 Ucapan Paulus dalam 1 Korintus 14:5 dan pembahasan sekitarnya mengenai kehadiran dan fungsi karunia-karunia rohani dalam diri orang-orang beriman telah menimbulkan banyak pertanyaan: Apa kedudukan "bahasa roh" di dalam jemaat? Apakah orang-orang yang telah mendapatkan karunia rohani ini menjadi orang Kristen yang lebih saleh, lebih terbuka terhadap pekerjaan Roh Kudus, dibandingkan mereka yang belum mendapatkannya? Apakah Paulus bermaksud mengatakan bahwa semua orang Kristen harus mendapatkan karunia ini? Atau sebaliknya semua orang harus berpartisipasi dalam pekerjaan nubuat, dan memberikan tempat yang tidak penting untuk "berkata-kata dengan bahasa roh"?
Beberapa orang Kristen, atas dasar teks ini dan teks-teks lainnya, merasa lebih tinggi, atau lebih lengkap, karena mereka memiliki karunia bahasa roh, dan bersama-sama Paulus berharap bahwa saudara-saudara seiman mereka dapat memiliki pengalaman yang sama ini. Orang-orang Kristen lainnya, atas dasar teks yang sama, menganggap glossolalia ini (dari bahasa Yunani glossai "lidah") perwujudan dari iman yang primitif dan tidak dewasa, dan menganggap ketiadaan karunia atau pengalaman ini sebagai tanda kedewasaan yang lebih besar. Yang lainnya lagi, melihat iman yang bersemangat dan antusias, dan juga kesaksian dari beberapa orang yang memiliki karunia berkata-kata dengan bahasa roh, merasa bahwa mereka tidak berjalan seiring dengan Roh Allah dan sungguh-sungguh merindukan atau mencari pengalaman Roh yang akan menimbulkan semangat pada iman yang statis.
Masalah di atas, yang sedikit banyak sudah ada di sebagian gereja sepanjang sejarah gereja telah muncul kembali akhir-akhir ini dalam sebuah bentuk yang dikenal dengan nama gerakan kharismatik (dari kata bahasa Yunani charisma "karunia"). Karena gerakan ini telah masuk ke dalam semua golongan gereja dan mempengaruhi orang-orang beriman dalam hampir semua tradisi Kristen, kita sangat perlu mengerti ucapan Paulus yang sulit ini.
Sebuah definisi singkat tentang istilah-istilah yang digunakan oleh Paulus akan bermanfaat. Dua aktivitas yang dipertentangkan dalam ucapan sulit ini adalah "berkata-kata dengan bahasa roh" dan "bernubuat." Fenomena "bahasa roh" yang dinyatakan oleh Paulus sebagai karunia (bahasa Yunani, karisma) dari Roh Kudus ini (1 Korintus 12-14) harus dibedakan secara jelas dari fenomena yang menyertai pencurahan Roh Kudus pada hari Pentakosta (Kisah Para Rasul 2:1-12).
Dalam Kisah Para Rasul, Roh Kudus memampukan murid-murid Yesus untuk "berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain" (glossai Kisah Para Rasul 2:4, 11) sedemikian rupa sehingga para pendengarnya, yang terdiri dari orang-orang dari berbagai kelompok bahasa di seluruh daerah Yunani Roma, mendengar mereka berbicara mengenai kabar baik tentang Yesus (Kisah Para Rasul 2:6, 8) dalam bahasanya masing-masing (bahasa Yunani, dialekton "dialek/bahasa"). Di sini jelas terjadi pernyataan dan pendengaran yang penuh keajaiban di mana artinya yang jelas terungkap dan diterima pendengar.
Penafsiran Paulus tentang fenomena ini juga menunjukkan bahwa hal tersebut harus dimengerti sebagai pernyataan yang jelas tentang kebesaran Allah. Ia mengutip nubuat dalam Yoel 2:28-32, di mana pencurahan Roh Kudus itu menimbulkan nubuat (Kisah Para Rasul 2:17-18).
Di Korintus, di pihak lain, fenomena bahasa roh yang dirisaukan Paulus diidentifikasi sebagai "bahasa yang tidak dimengerti": tidak seorangpun mengerti hal ini (1 Korintus 14:2); bahasa itu perlu ditafsirkan jika ingin membangun jemaat (14:5); bahasa ini dikontraskan dengan "kata-kata yang jelas" (14:9, 19) dan "banyak macam bahasa...tidak ada satu pun di antaranya yang mempunyai bunyi yang tidak berarti" (14:10); bahasa ini tidak mencakup akal budi (14:14); orang lain tidak tahu apa yang dikatakan (14:16).
Paulus membandingkan karunia "bahasa roh" ini dengan karunia "nubuat". Kita harus berhati-hati sejak awal untuk tidak memberikan gagasan yang terbatas pada kata nubuat. Kata ini tidak hanya berarti "meramalkan masa yang akan datang." Nubuat kadang-kadang mencakup unsur peramalan ini (baik di antara nabi-nabi Perjanjian Lama maupun nabi-nabi Kristen), tetapi aspek ini tidak eksklusif ataupun utama. Nabi-nabi Israel terutama menunjukkan Firman Allah pada kenyataan yang sekarang. Ini juga merupakan aspek utama dari pemberitaan Injil dalam kekristenan awal yang mula-mula. Dalam Kisah Para Rasul, nubuat Yoel (bahwa "anak-anakmu laki-laki dan perempuan akan bernubuat" Kisah Para Rasul 2:17-18) terpenuhi dalam pernyataan tentang apa yang telah dilakukan Allah dalam Yesus Kristus (Kisah Para Rasul 2:22-36).
Dalam 1 Korintus 11, berdoa dan bernubuat dibicarakan sebagai dua aspek khas dari orang Kristen dalam ibadah jemaat. Doa ditujukan kepada Tuhan, sedangkan nubuat berarti menunjukkan Firman Tuhan kepada jemaat yang beribadah. Dalam 1 Korintus 14:19-33, aktivitas nabi-nabi Kristen diartikan menyampaikan isi wahyu ilahi kepada jemaat demi pengajaran dan dorongan. Tujuan perkataan nabi ini sangat penting daam kontras antara nubuat dengan berkata-kata dalam bahasa roh, yaitu untuk membangun, menasihati, dan menghibur (1 Korintus 14:3).
Kita dapat meringkas perbedaan di atas sebagai berikut: Paulus memahami "bahasa roh" sebagai ucapan yang bersemangat dan penuh gairah, tetapi tidak jelas tanpa penafsiran. Tempatnya yang asli dan sesuai adalah dalam doa (1 Korintus 14:2, 16). Ia memahami "nubuat" sebagai pernyataan wahyu yang bersemangat (mungkin mencakup Injil, yaitu tindakan Allah di dalam Kristus, dan pengungkapan yang lebih jauh dari tujuan Allah berdasarkan kejadian itu), yang disampaikan pada gereja dalam bentuk perkataan yang jelas untuk pertumbuhannya yang terus menerus. Dengan latar belakang dan definisi ini kita sekarang siap untuk mengikuti argumentasi Paulus tentang ucapan yang sulit ini.
Konteks yang lebih luas terdapat sebelum bab 12-14, di mana Paulus membicarakan masalah-masalah dalam kehidupan masyarakat gereja, khususnya dalam konteks ibadah. Prinsip yang utama dan pokok untuk tindakan Kristen adalah prinsip kemajuan rohani. Semua kehidupan dan tindakan Kristen seharusnya diatur oleh pertanyaan: Apakah ini bermanfaat bagi orang lain? Apakah hal ini menimbulkan keselamatan dan/atau pertumbuhan iman mereka? Apakah ini baik untuk mereka? (1 Korintus 8:1, 9, 13, 9:12, 19-22; 10:23-24, 31-33; 11:21, 33). Prinsip ini terus berlanjut sebagai lintasan pedoman dalam pembahasan Paulus tentang kedudukan dan fungsi karunia rohani dalam 1 Korintus 12-14. Fokus dari pembahasan tersebut adalah manfaat relatif dari "bahasa roh" dan "nubuat" (bab 14). Tetapi Paulus menggunakan "nubuat" untuk membahas apa yang nampaknya merupakan masalah inti di Korintus: sikap meninggikan karunia berkata-kata dengan bahasa roh sedemikian rupa sehingga karunia-karunia lainnya dan juga orang-orang yang memiliki karunia itu diremehkan. Orang-orang yang menggunakan bahasa roh jelas melihat karunia ini sebagai tanda kerohanian yang lebih tinggi.
Pandangan semacam ini biasanya muncul secara alamiah di antara sekelompok orang beriman di Korintus yang merasa yakin bahwa mereka telah dibebaskan dari semua hubungan tanggung jawab dan masalah etika praktis (Lihat pembahasan tentang "orang-orang yang tinggi rohani" di Korintus dalam bab 15-17 di atas. Dalam ibadah, orang-orang yang tinggi rohani ini merasa bangga dalam fenomena wahyu sebagai pengesahan terakhir bahwa mereka bebas dari eksistensi yang terikat pada bumi, termasuk kata-kata yang rasional dan jelas. Pertanyaan Paulus kepada mereka dalam hal ini, seperti juga pertanyaan yang lebih awal sehubungan dengan masalah lain, adalah: Bagaimana peranan karunia ini untuk keselamatan atau untuk membangun orang lainnya, dan bukan hanya diri sendiri? (1 Korintus 14:4). Dasar untuk mengatasi masalah ini dijelaskan dengan teliti dalam bab 12-13. Singkatnya, pemikiran Paulus berkembang sebagai berikut: Ada bermacam-macam karunia untuk orang beriman, tetapi semuanya itu berasal dari Roh Allah (1 Korintus 12:4-6). Implikasinya adalah tidak seorang pun memiliki alasan untuk merasa bangga! Perwujudan dari Roh yang satu ini dalam bermacam-macam karunia itu adalah demi kepentingan bersama (1 Korintus 12:7). Jadi, dimilikinya karunia khusus itu bukanlah demi keuntungan pribadi seseorang. Rohlah yang menentukan bagaimana karunia itu dibagikan (1 Korintus 12:11). Karena itu, pemilik dari satu karunia tertentu tidak mempunyai alasan untuk merasa lebih disukai secara khusus atau dalam pengertian tertentu lebih tinggi daripada seseorang yang tidak memiliki karunia yang sama.
Rangkaian pemikiran ini kemudian ditunjang oleh gambaran jemaat sebagai tubuh Kristus, yang dibandingkan dengan anggota tubuh manusia yang hidup (1 Korintus 12:12-27). Tujuannya yang utama adalah untuk menyatakan bahwa walaupun ada bermacam-macam orang dan karunia dalam gereja, tidak boleh ada perpecahan; masing-masing bagian harus memperhatikan bagian yang lainnya (1 Korintus 12:25).
Setelah menekankan penting dan absahnya semua anggota tubuh, dan juga karunianya yang bermacam-macam, Paulus kemudian melanjutkan dengan menunjukkan bahwa sehubungan dengan prinsip-prinsip yang membimbing kehidupan dan tindakan Kristen yaitu agar orang-orang lain dapat diselamatkan dan dibangun beberapa panggilan dan karunia lebih utama, lebih mendasar dari yang lain, dan memberikan sumbangan yang lebih langsung dan besar terhadap tujuan itu. Walaupun Paulus memulai daftar panggilan karunia itu dengan cara menyebutkan satu demi satu ("pertama rasul, kedua nabi, ketiga guru" 1 Korintus 14:28), ia tidak melanjutkan penyebutan itu pada daftar karunia yang tersisa. Pelayanan rangkap tiga dari kata itu yaitu kesaksian Rasul yang mendasar bagi Injil, pemberitaan Injil nabi pada gereja, dan pengajaran tentang arti dan implikasi praktis dari Injil jelas merupakan yang utama, sedangkan aktivitas-aktivitas lainnya yang ditandai oleh karunia-karunia itu (1 Korintus 14:28) bersifat tergantung dan sekunder terhadap pelayanan tersebut. Penyebutan bahasa roh di urutan terakhir tidak harus berarti bahwa karunia inilah yang "paling kecil" berdasarkan urutan hirarkisnya (karena kelima karunia itu tidak diberi nomor). Lebih mungkin Paulus menyebutkannya paling akhir karena bagi jemaat yang antusias di Korintus kata ini terletak di paling atas. Tetapi, sudah jelas bahwa "bahasa roh" ini termasuk ke dalam sekelompok karunia yang satu tingkat lebih rendah daripada pelayanan nubuat. Hal ini ditegaskan oleh kalimat penutup Paulus dalam Korintus 12:31, "Jadi berusahalah untuk memperoleh karunia-karunia yang utama." Dapat diduga dari lanjutannya dalam bab 14 bahwa pemberitaan nabi (khotbah) dan pengajaran adalah "karunia-karunia yang utama" itu.
Desakan untuk memperoleh karunia-karunia yang utama diikuti oleh panggilan menuju daya tarik yang lebih besar, "Dan aku menunjukkan kepadamu jalan yang lebih utama lagi" (1 Korintus 12:31 "jalan yang lebih baik lagi," Alkitab versi RSV). Yang lebih baik lagi daripada berusaha memperoleh karunia-karunia yang lebih utama, menurut Paulus, adalah mengikuti jalan kasih (1 Korintus 13:1).Karena, seperti ditunjukkannya dengan sangat mengesankan di bab 13, karunia yang kecil maupun besar suatu hari akan lenyap. Tetapi kasih abadi. Paulus mungkin mengungkapkan panggilan yang luar biasa terhadap kasih ini karena ia mengetahui bahwa kasih itu secara murni ditujukan kepada orang lain dan akan menjadi kekuatan yang memberi semangat untuk mencari karunia-karunia yang membangun orang lain. Karena itu "kejarlah kasih itu dan usahakanlah dirimu memperoleh karunia-karunia Roh, terutama karunia untuk bernubuat" (1 Korintus 14:1). Sekarang kita sudah siap untuk membahas secara khusus hakikat, fungsi, dan manfaat relatif dari bahasa roh dan nubuat (di dalam ucapan yang sulit itu). "Bahasa roh" adalah bahasa hati, yang ditujukan kepada Allah (1 Korintus 14:2). "Nubuat" adalah kata-kata Allah yang ditujukan kepada manusia untuk menasihati dan menghibur (1 Korintus 14:3). "Bahasa roh" pada pokoknya merupakan masalah pribadi; bahasa roh ini membangun diri sendiri. "Nubuat" merupakan masalah umum, nubuat ini membangun jemaat (1 Korintus 14:4).
Paulus menegaskan perlunya dimensi pribadi dan juga dimensi umum dari karunia-karunia yang berlawanan tersebut ketika ia mengungkapkan harapannya agar mereka semua memiliki karunia bahasa roh, dan kemudian segera melanjutkan harapan itu dengan harapa yang lebih besar, "tetapi lebih daripada itu, supaya kamu bernubuat" (1 Korintus 14:5). Pengalaman pribadi yang menggairahkan, khususnya dalam keakraban hubungan doa seseorang dengan Allah, tidak seharusnya ditolak ("Janganlah melarang orang yang berkata-kata dengan bahasa roh" 1 Korintus 14:39). Paulus mengetahui nilainya dari pengalaman pribadi (1 Korintus 14:18). Dalam konteks ibadah jemaat sekalipun, bahasa roh ini bisa bermanfaat jika dijelaskan melalui penafsiran (1 Korintus 14:5) sehingga orang-orang lain dapat "dibangun" (1 Korintus 14:16-17). Karena "bahasa roh" itu dikenal sebagai karunia Roh dan diberikan oleh Roh Allah, Paulus dapat mengatakan, "Aku suka, supaya kamu semua berkata-kata dengan bahasa roh." Ini akan merupakan bukti bahwa Roh bekerja di dalam diri mereka. Walaupun demikian, prinsip pelaksananya (yaitu demi kebaikan orang lain) membawanya tanpa syarat kepada pilihan terhadap pemberitaan nubuat, "Tetapi dalam pertemuan jemaat aku lebih suka mengucapkan lima kata yang dapat dimengerti untuk mengajar orang lain juga, daripada beribu-ribu kata dengan bahasa roh" (1 Korintus 14:19).
Analisa ini membawa kita pada ringkasan kesimpulan sebagai berikut: Tidak satupun karunia Roh bersifat mutlak; hanya kasih yang mutlak. Karena itu, memiliki atau menggunakan karunia yang manapun bukan merupakan tanda kedewasaan rohani. Seseorang yang beriman harus terbuka terhadap karunia Roh dan jika mereka menerimanya, mereka harus menggunakannya dengan rasa syukur dan rendah hati. Setiap pencarian karunia tertentu secara sungguh-sungguh harus dipimpin oleh keinginan untuk melibatkan diri dalam membangun jemaat sehingga seluruh umat Allah benar-benar dapat menjadi alternatif ilahi bagi masyarakat manusia yang sudah rusak.
Children of Light - Serving with LOVE through FAITH Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia Kol 3:23 Karena bagiku hidup adalah Kristus & mati adalah keuntungan Fil 1:21
Sumber: Ucapan Paulus Yang Sulit
ALLAH TURUT BEKERJA DALAM SEGALA HAL
Pdt. Dr. Stephen Tong


Renungan ini ditranskrip dan disusun kembali dari seri khotbah Pdt. Dr. Stephen Tong di
Mimbar Gereja Reformed Injili Indonesia di Jakarta


Kita tahu sekarang bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan
bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah, (Roma
8:28). Ayat ini tidak pernah kau temukan di dalam buku-buku klasik dari Gerika kuno. Juga
penginterpretasian yang begitu tepat dan akurat, begitu baik dan total seperti ayat ini tidak akan dapat
kau temukan dalam buku-buku Aristotle, Plato, Socrates, Heraclitos, Lucresius, Empedocles, Homer.
Kau tidak mungkin dapat menemukan ayat yang seindah ayat ini di dalam filsafat Descrates,
Kiekegaard, ataupun Kant. Satu-satunya sumber bijaksana yang begitu besar di dalam alam semesta,
yaitu Roh Kudus, mewahyukan kebenaran kepada manusia melalui Rasul-Nya, Paulus, sehingga dia
mengatakan kalimat yang mengandung makna yang amat dalam ini. Paulus menemukan kunci untuk
mengerti segala sesuatu berdasarkan wahyu Tuhan kepada manusia. Kita melihat ayat ini menonjol
sendiri di dalam seluruh Alkitab. Ayat ini sangat unik, segala sesuatu yang terjadi dalam hidup kita,
peristiwa yang besar atau yang kecil, yang menyenangkan atau yang menyusahkan, pengalaman yang
pahit atau manis, yang mematikan atau menghidupkan, yang menguntungkan atau merugikan,
mempunyai hubungan satu dengan yang lain, dan Allah turut bekerja di dalam segala sesuatu, atau Allah
bekerja di dalam segala sesuatu untuk mendatangkan faedah bagi orang yang mengasihi-Nya.
Untuk menterjemahkan ayat ini saja terdapat begitu banyak versi, sebab begitu banyak
kemungkinan menurut bentuk dari bahasa aslinya. Dikatakan di sini kita tahu bahwa Allah turut bekerja
di dalam segala sesuatu; God is working with all things, in everything He works; Allah bekerja di dalam
segala sesuatu atau yang diterjemahkan di sini menjadi 'Allah turut bekerja di dalam segala sesuatu'.
Terjemahan bahasa Mandarin: di dalam segala sesuatu ada kekuatan yang bekerja bersama untuk
mendatangkan faedah bagi mereka yang mencintai Tuhan. Terjemahan NSV, ayat ini dikaitkan dengan
ayat sebelumnya, bahwa Roh Kuduslah yang turut bekerja di dalam segala sesuatu yang terjadi,
sehingga barangsiapa yang mencintai Tuhan mendapatkan profit dan kebaikan. Terjemahan bahasa
Indonesia cukup indah, tetapi istilah turut bekerja kurang mencerminkan Allah sebagai inisiator. Allah Sebagai
Inisiator
Because all things work together for good to those who love God. And God is working within all
things; Allah ikut bekerja dalam segala sesuatu. Allah bekerja untuk mengatur segala sesuatu. Dia bukan
hanya ikut-ikutan bekerja sebagai oknum yang pasif. Dia adalah inisiator yang mengontrol, memonitor
dan menguasai sejarah. Allah kita adalah Allah yang memimpin sejarah, Tuhan dari sejarah. Allah kita
tidak mungkin membiarkan segala sesuatu terjadi tanpa campur tangan atau izin-Nya. Yang
direncanakan berada dalam kehendak-Nya, yang diizinkan berada dalam kehendak-Nya, yang dibiarkan
sekalipun tetap berada dalam kehendak-Nya. Allah memberikan kemungkinan dengan segala kebebasan
yang liar, berbuat apapun, tapi akhirnya tetap dikuasai oleh-Nya. Jangan mengira kalau kita mau berbuat
apa-apa, maka Tuhan tidak bisa berbuat apa-apa. Allah membiarkan kita berdosa, membiarkan kita
memakai kebebasan kita yang liar, tapi akhirnya kebebasan seperti itupun tidak bisa terlepas dari
penghakiman-Nya. Dengan demikian orang Kristen mengetahui bahwa kedaulatan Tuhan berada dan
melanda di dalam segala bidang, segala katagori, segala peristiwa dan segala sesuatu. Pemahaman ini
akan membuat iman kita menjadi kuat.


Segala Sesuatu Bekerja Sama
Ayat ini merupakan salah satu ayat yang paling dalam untuk mengerti segala sesuatu yang terjadi di
dalam kosmos mempunyai makna dan telos (Yun: tujuan terakhir, Red) yang sesungguhnya. Allah
memberikan segala sesuatu kepada manusia, Dia mengizinkan segala sesuatu terjadi, dan Dia juga ikut
memonitor segala sesuatu di dalam sejarah. Tetapi apakah maksud segala sesuatu? Apakah sebagai
peristiwa yang berkeping-keping ataukah sebagai totalitas? Jawabannya, bukan berkeping-keping dan
terpecah belah, tetapi merupakan ketotalan. Ada kaitan antar satu peristiwa dan peristiwa lain, sehingga
orang Kristen mempunyai pandangan total tentang hidup. Kita menangkap dan mengerti segala sesuatu
bukan sebagai peristiwa yang terpisah-pisah oleh waktu, oleh periode sejarah, oleh peristiwa-peristiwa
yang bersifat fragmental, melainkan sebagai peristiwa yang total.
Seorang ayah memberikan mainan puzzle yang terdiri dari ribuan keping kepada anaknya. Anak itu
bertanya, "Kalau saya sudah menyusunnya, akan menjadi gambar apa?" "Kau akan mendapatkan
gambar peta dunia," jawab ayahnya. Si anak mulai menyusun, tetapi alangkah sulitnya menggabungkan
potongan-potongan kecil dari peta dunia, karena setiap potongan itu hampir sama: garis, warna sungai,
kota, tempat, hanya itu saja. Anak itu menggabungkan potongan-potongan itu dengan susah payah.
Akhirnya sang ayah berkata, "Kalau kaubalikkan semua potongan-potongan kecil itu, kau akan dapat
mengerjakannya dengan mudah." Maka si anakpun berusaha membalikkan semua potongan kecil.
Akhirnya dia mulai menemukan bahwa apa yang dikerjakan memang gampang. Karena di balik
potongan itu terdapat warna yang gampang untuk dicocokkan. Setelah dia menggabungkan semuanya
itu, dia menemukan bahwa gambaran yang jadi adalah Yesus kristus. Lalu diberikan lem dan dibalikkan,
ternyata peta dunia sudah jadi. Mengertikah Anda akan maksud saya?
Orang Kristen berbeda dengan orang yang bukan Kristen. Orang Kristen dididik dan diajar dengan
kalimat yang agung ini, all things work together for good to those who love God. Ini merupakan
pekerjaan Tuhan di belakang layar. Kalau kau memang adalah anak Tuhan yang mengasihi-Nya, tetapi
dalam hidupmu terjadi hal-hal yang berlawanan dengan kesejahteraan, kesehatan, dan keinginanmu,
jangan kecewa, menangis, dan mengeluh dengan tidak henti-hentinya. Karena kalau kau merasa sulit
untuk menyusun semua kepingan-kepingan yang bisa menjadi gambaran total, pasti ada maksud Tuhan yang
baik untukmu, pasti semua itu membawa akibat yang baik buatmu. Sampai kapankah iman kita
baru bisa menyanyi seperti ini, "Biarlah segala sesuatu terjadi pada diriku, karena semua itu menjadi
kebaikan bagiku yang mencintai Tuhan." Sampai kapankah kita bisa mempunyai iman yang teguh,
sehingga kita berteriak seperti ini, "Biarlah semua kepahitan, penganiayaan, kesulitan, dan semua yang
tidak aku inginkan menimpa diriku, aku tetap memuji Tuhan. Karena di belakang segala kepahitan,
penderitaan, kesengsaraan, kerugian ada topangan dari tangan Tuhan, untuk memberikan faedah bagi
diriku." Bila kerohanian seseorang sudah mencapai tahap ini, dia akan menjadi stabil luar biasa: biar
diancam, diiri, dihantam, difitnah, diumpat, dia tetap tenang dan tersenyum.
Segala sesuatu bekerja bersama? Memang. Allah tidak mencetak peta dunia yang kelebihan satu
atau kekurangan satu, sehingga akhirnya menjadi ompong-ompong. Tidak! Karena jikalau kau mengenal
kehendak Kristus dan rencana Tuhan yang kekal secara total, maka hidup yang berada di dalam
hidupmu dan pengalaman yang terjadi dalam hidupmu tidak ada satupun yang bisa dihapus.
Banyak orang Kristen tidak mau digarap oleh Tuhan. Hanya mau sebagian, tidak mau all things.
Hanya mau something, not all things. Only something and make you nothing. All things will make you
something. Kalau kau tidak rela diatur oleh Tuhan dalam semuanya, kau always become nothing. Tapi
bila kau menerima segala sesuatu dengan pengertian, ketaatan yang penuh, dan bijaksana yang dari
Tuhan, kau akan dibentuk oleh Tuhan menjadi sesuatu.
Dua ribu dua ratus lima puluh tahun yang lalu Mensius berkata, tian jiang da ren yu shi ren ye, pi
xian lao qi jing gu, jo qi fu; jikalau langit memberikan tugas yang berat kepada orang yang tertentu,
maka orang itu pasti diberikan kesengsaraan besar, dilatih sampai semua ototnya lelah, dan hatinya
penuh kepedihan, barulah dia akan menunaikan tugasnya. Sekali lagi saya menegaskan, tanpa salib tidak
ada kebangkitan; tanpa kematian, tidak ada mahkota; tanpa Getsemani, tidak ada kemuliaan. Inilah cara
Tuhan. Pada waktu kita berada di dalam kesulitan, kita berusaha melarikan diri, tetapi Allah
menghendaki kita mengalami segala sesuatu yang diizinkan datang melanda kita sebagai kesempatan
untuk mendapatkan kemenangan.



Mendatangkan Faedah
Di sini kita melihat ada campur tangan Tuhan Allah di dalam segala sesuatu, dan semua campur
tangan Allah mempunyai makna yang khusus: mendatangkan faedah, dan faedah ini khusus diberikan
kepada mereka yang mencintai Dia. Mengapa Tuhan memperbolehkan kesengsaraan berada di dalam
dunia? Mengapa Tuhan memperbolehkan kegagalan-kegagalan pribadi terjadi? Mengapa Tuhan tidak
menolong pada saat kita sedang dicobai setan, bahkan kadang-kadang memperbolehkan kita berada di
dalam cengkeramannya? Jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan yang sulit ini sudah diberikan oleh
orang-orang di dunia, baik para filsuf, moralis atau agamawan. Tetapi kecuali kita kembali kepada Kitab
Suci, kita tidak mungkin mendapatkan jawaban yang paling tepat untuk hal ini. Mengapa Tuhan
memperbolehkan sengsara itu ada? Mengapa Tuhan memperbolehkan kegagalan itu berada? Jika saya
adalah seorang yang mengajar anak saya menyetir mobil, lalu pada waktu kesulitan tiba -- kalau
memang dalam jangkauan saya--, saya akan berusaha mengerem, sehingga tidak akan terjadi tabrakan.
Mengapa Tuhan tidak mengerem? Mengapa Dia tidak memberikan interverensi darurat pada waktu
kesulitan-kesulitan terjadi? Mengapa Tuhan memperbolehkan segala marabahaya terjadi? Mengapa, mengapa,
mengapa? Kita bertanya dan bertanya terus. Sepanjang hidup, manusia adalah satu-satunya
makhluk yang tidak habis-habisnya bertanya tentang peristiwa-peristiwa seperti ini.
Mengapa Allah memungkinkan dan membiarkan segala sesuatu terjadi? Martin Luther berkata,
"There are no why in the heart of the true believer" ; tidak ada kata "mengapa" di dalam hati orang-orang
yang sungguh beriman kepada Tuhan. Karena iman yang sejati sudah mencakup penerimaan dan
pengertian bahwa Allah tidak mungkin berbuat salah. Kalau Allah tidak mungkin berbuat salah, maka
segala sesuatu yang Ia izinkan terjadi pada diri kita adalah hal yang mempunyai faedah yang luar biasa
meskipun di luar kesanggupan kita untuk mengerti.
Pada waktu kepicikan, menderita penyakit, mengalami kesulitan atau disalahmengerti, diserang
oleh orang lain; pada waktu kau harus mengalami segala kesusahan yang jauh lebih berat dari
kemungkinan yang dapat kau tanggung, jawablah because Thy will is like this, I except all of them,
karena kehendak-Mu memang begitu indah. Kehendak Tuhan bukan saja indah di hari di mana kau
mengalami kesuksesan, diberi berkat dan hadiah, kehendak Tuhan yang indah termasuk saat-saat kau
diizinkan untuk menerima penderitaan dan kesulitan yang besar. Saya bukan pendeta yang berkata
kepadamu, "Percaya kepada Tuhan, beri pesembahan sebanyak mungkin, supaya kau mendapatkan
curahan berkat dari surga, sehingga menjadi kaya raya." Saya berkata kepadamu, di antaramu ada yang
akan diberi kelancaran, kesehatan dan kekayaan, tapi sebagian mungkin akan diberi kecacatan,
kesulitan, dan segala penderitaan. Saya tidak tahu siapa. Tapi iman bukan hanya menyanyi di siang hari,
iman juga bisa menyanyi pada waktu malam yang gelap. Iman bukan hanya memuji pada waktu lancar,
iman selalu bersyukur di dalam penderitaan.
Mereka yang lancar, yang sukses, yang kaya, stop membanggakan diri, merebut kemuliaan Tuhan
Allah dan menghina orang lain. Sedangkan mereka yang menangis, yang menderita dan yang berada di
dalam kesengsaraan, yang sedang memikul salib berat, stop hujat Tuhan, stop mencela nama-Nya dan
berhenti berbuat dosa dalam usaha untuk menyelesaikan kesulitan itu. Segala sesuatu yang diizinkan
Tuhan terjadi di dalam hidup kita ada maksud tertentu yang sekarang terselubung dengan fenomena-fenomena
kesulitan, tetapi ada suatu pencerahan, pada waktu kau masuk ke dalam dirimu yang terdalam
untuk menemukan jawaban dari Tuhan.
Pada waktu gereja berada di dalam kesulitan, pada waktu orang Kristen mencucurkan air mata,
pada waktu kita mengalami segala kepicikan, jangan lupa bahwa Tuhan sedang menyatakan
kemungkinan yang lain di luar dalil dan rumus-rumus umum darimu. Mari kita semua melepaskan diri
dari segala kemungkinan yang mengakibatkan kita tercerai berai dari rumus dan pimpinan Tuhan yang
dinamis dan begitu indah. Biarlah kita tetap peka dan betul-betul rendah hati dan taat kepada Tuhan
setiap saat. Katakanlah, "Tuhan, segala sesuatu yang terjadi telah membawa aku lebih dekat kepada-Mu.
Untuk yang baik, saya bersyukur kepada-Mu, bukan karena jasaku yang tidak baik, yang tidak
menguntungkan, juga bukan satu hal yang khusus Tuhan pakai untuk menghantam saya, melainkan
Tuhan memakainya untuk melatih diriku menjadi lebih baik."
Calvin dan komentator lain seperti F.F. Bruce melihat bahwa segala sesuatu yang terjadi hanya
sebagai latihan buat orang Kristen saja. Namun saya melihat hal lebih luas dari itu, melampaui sekadar
pengalaman pahit bagi orang Kristen saja. Mengapa Tuhan mengizinkan segala sesuatu yang tidak kita
inginkan terjadi? Mengapa Tuhan mengizinkan segala sesuatu yang seharusnya tidak terjadi? Saya tidak
tahu. Tapi saya tahu satu hal, untuk menyempurnakan yang di dalam, perlu memotong bagian bagian
yang di luar; untuk menyempurnakan yang lebih kekal, perlu ajaran yang diberikan pada bagian luar.
Kadang-kadang Tuhan harus memotong sesuatu, harus memukul sesuatu, sehingga kerugian yang
sementara mengakibatkan kesempurnaan yang kekal. Penderitaan kedagingan mengakibatkan suatu
kenikmatan rohani, sehingga kerusakan dan kekurangan secara fenomena dan hal yang terjadi di dunia
mengakibatkan kita memikirkan hal yang kekal. Sebuah buku apologetika komunisme untuk melawan
kekristenan yang saya baca mengatakan,
"Jika orang Kristen mengatakan bahwa orang komunis bersalah banyak membunuh rakyatnya, kita akan
membantah dengan berkata, 'Allahmu bersalah membunuh manusia lebih banyak daripada orang-orang
komunis.' Satu kali bencana alam, seperti gunung meletus atau badai laut besar, ratusan ribu orang yang
tidak bersalah harus dibunuh." Di dalam Kitab Suci kita melihat hal yang paling tidak masuk akal, atau
yang paling tidak bisa kita mengerti adalah peristiwa yang terjadi dalam hidup Ayub. Kesepuluh
anaknya mati dalam satu hari, harta benda dirampas dan semua yang dia miliki lenyap dari tangannya.
Bukan saja demikian, istrinyapun mulai meninggalkan dia. Hampir tidak ada contoh yang lebih
mengerikan, tidak ada malapetaka yang lebih besar, yang bisa kita bayangkan daripada peristiwa yang
terjadi pada diri Ayub. Hal tersebut perlu dicatat di dalam Alkitab, sehingga dari zaman ke zaman,
waktu manusia bertanya, 'mengapa?' (sebenarnya kita tidak berhak bertanya) dia boleh mencatat
peristiwa Ayub. Alkitab mencatat akhirnya Tuhan mengembalikan semua milik Ayub yang hilang dua
kali lipat dari sebelumnya.
Mengapa Tuhan mengizinkan semua ini terjadi? Di dalam iman, kita tidak perlu bertanya,
"mengapa?" Jawabannya bukan dari spekulasi kepintaran kita, melainkan dari Kitab Suci: Allah belum
pernah berbuat salah. Dan di dalam segala penderitaan, kesulitan dan bahkan kematian yang terjadi pada
diri orang-orang yang mencintai Dia, ada rencana dan pemeliharaan yang kekal, yang jauh lebih tinggi
daripada fasih lidah kita untuk berdebat, daripada pikiran kita berlogika, dan spekulasi kita dengan
jawaban yang tidak sempurna.
Puji Tuhan! Jikalau hidupmu penuh dengan gelombang, pengoyakan, penyaringan, penggeseran,
ujian, cobaan, namun akhirnya kau menang. Waktu kau bersaksi, kau tenang. Kalau orang lain sedang
mengalami sesuatu, langsung kau bisa mengucapkan kata-kata yang indah yang bisa menenangkan dia.
Bila orang lain menceritakan kesulitannya, kau langsung mengeluarkan kata-kata mutiara untuk
menghibur dia. Bila ada yang tawar hati, kau langsung mengucapkan kata-kata perjuangan untuk
mendorong dia.



Karena Kita Tahu
Jika pada ayat-ayat sebelumnya kita mendapati bahwa kita sebagai buah-buah sulung Roh
Kuduspun turut mengeluh, kita berada di dalam keadaan sengsara, penderitaan dan kesulitan yang tidak
berbeda dengan mereka yang belum diselamatkan, yang bukan anak Tuhan. Kita adalah orang-orang
yang sama-sama berada di dalam penderitaan tetapi status kita berbeda, karena kita adalah anak-anak
Allah. Jika perbedaan status tidak membawa perbedaan kenikmatan, apa pula artinya? Memang hampir
tidak ada perbedaan antara orang Kristen dan orang yang bukan Kristen dalam menghadapi kenikmatan
dan kesengsaraan di dalam dunia. Tetapi ada kenikmatan tertentu di dalam pengertian rohani orang
percaya yang memberikan kesadaran dan kekuatan untuk melampaui segala sengsara sebagai fenomena
yang sementara ini. Pada saat Paulus mengatakan kita tahu, dia sedang mengadakan perbedaan antara
orang Kristen dan orang bukan Kristen, yaitu kita orang Kristen --mengetahui bahwa kita mempunyai
pengertian yang berbeda dengan orang lain. Meskipun sama-sama berada dalam penderitaan, dalam
kesulitan-kesulitan duniawi ini, orang Kristen mempunyai semacam kesadaran dan pengetahuan yang
tidak mungkin dimiliki oleh mereka yang belum mengerti akan wahyu dari Tuhan Allah. Orang Kristen yang
beriman, yang bervisi dan mempunyai pengertian melalui iman yang
mendatangkan visi yang benar itu berani berkata seperti ini, "Karena kita tahu; because we know."
Sejarah mencatat bagaimana orang Kristen di abad pertama mengalami pencemoohan, penganiayaan,
penderitaan dan perlakuan yang tidak adil dari pemerintah dunia yang melawan Yesus Kristus, seperti
Herodes dan para kaisar Romawi. Mereka memperlakukan orang Kristen bagaikan sampah dunia, tetapi
mereka merasa heran sekali, karena orang-orang Kristen yang mengalami penganiayaan dan penderitaan
dapat berdiri dengan tegak, tegar, dan menyanyi di dalam penderitaan.
Seorang sejarahwan Yahudi yang bernama Josephus berkata, "Saya tidak bisa mengerti, pada
waktu singa menerkam mereka, orang Kristen tetap mempunyai wajah yang tenang, hati yang begitu
stabil dan mereka memuji Yesus Kristus. Sebelum mati, suara pujian tidak henti-hentinya keluar dari
mulut para martir-martir itu." Jawabannya terdapat di sini: sebab kita tahu; because we know. Iman yang
sesungguhnya bukan iman yang tahayul, yang membius otak, yang menginjak-injak logika, melainkan
iman yang menggugah pengertian yang sesungguhnya, yang sesuai dengan kebenaran Tuhan. Allah
yang mewahyukan kebenaran, adalah juga Dia yang menciptakan otak manusia. Ketika kita
menggabungkan kedua hal ini, kita tahu bahwa keduanya hanya mempunyai satu tujuan, yakni supaya
kebenaran yang Tuhan wahyukan boleh memimpin pikiran yang dicipta oleh Tuhan yang sama. Begitu
banyak kaum cendikiawan, kaum intelektual ketika mengembangkan intelek mereka, mereka tidak
memiliki penguasa intelek. Sebab itu, mereka bersandar pada pikiran, otak dan logika mereka sendiri.
Maka semakin seseorang memiliki kepintaran, semakin mungkin dia berada di dalam hati yang gelap.
Semakin mereka bertumbuh secara pengetahuan, mereka semakin jauh dari kerelaan untuk mematahui
kebenaran Tuhan Allah. Sebab itu, iman kepercayaan bukan membunuh logika atau otak melainkan
memimpin otak yang Tuhan ciptakan itu untuk kembali kepada firman yang Dia wahyukan. Inilah yang
membuat Paulus mencetuskan because we know.
Apakah bedanya penderitaan bagi orang yang beriman dan bagi orang yang tidak beriman? Bagi
orang yang beriman, penderitaan akan membuat imannya menghasilkan pengharapan. Namun bagi
mereka yang tidak beriman, penderitaan justru membunuh pengharapan mereka. Inilah perbedaan antara
orang yang memiliki dinamika iman dan mereka yang tidak memilikinya. Saya mengambil contoh dari
dua orang terpidana mati. Mereka menerima vonis yang sama, tinggal di dalam kamar yang sama
kondisinya, dan di dalam penjara yang sama. Namun akhirnya salah seorang di antara mereka
mendapatkan pengampunan, dan yang seorang lagi tetap dipidana mati. Penjaga penjara datang
memberitahukan kepada A, "Sepuluh hari lagi kau akan dibebaskan." Lalu kepada si B ia mengatakan,
"Sepuluh hari lagi kepalamu akan dipenggal." Permisi tanya, apakah bedanya sepuluh hari itu untuk
mereka berdua? Mereka tetap berada di dalam keadaan yang sama, hidup di bawah atap yang sama,
penjara yang sama, dalam penderitaan yang sama tetapi yang seorang berpikir, "Sepuluh hari lagi aku
akan pulang, bertemu dengan istri dan anak yang merindukanku." Sedangkan yang satu lagi berpikir,
"Sepuluh hari lagi saya akan mati, kepala saya akan dipenggal dan dikuburkan." Sepuluh hari lagi
memang sama jumlahnya bagi si A dan bagi si B, namun perasaan mereka berbeda. Karena yang
seorang sudah memperoleh keyakinan, jaminan, dan pengharapan untuk bebas. Sementara yang lain
menantikan eksekusi vonisnya, kepalanya akan dipenggal dan dia akan menuju kepada kematian yang
belum dia ketahui. Maka ketika si A menghitung hari-harinya, "Sisa 9 hari, 8 hari, 7 hari, 6 hari, 3 hari,
2 hari dan besok, saya akan keluar dari sini. Istri saya sedang menunggu," pengharapan itu memberikan
gairah dan kekuatan yang luar biasa bagi jiwanya. Tetapi bagi yang seorang lagi, setiap matahari terbit
merupakan kutukan baginya, dan ketika matahari terbenam merupakan ancaman baginya. "9 hari, 8 hari,
7 hari, 3 hari, 2 hari lagi saya harus mati." Ini melukiskan perbedaan antara orang Kristen dan mereka
yang tidak beriman kepada Tuhan.
Because we know, karena kita tahu. Kalimat ini merupakan proklamasi bagi orang yang beriman
kepada Tuhan. Kalimat ini juga diucapkan oleh seorang yang hidup sebelum Musa lahir, yaitu Ayub.
Ayub 19:25 menyatakan, "Because I know my redeemer lives; karena aku tahu Penebusku hidup dan satu hari
nanti Dia akan berdiri di atas bumi ini untuk menghakimi segala sesuatu, dan di dalam tubuhku
aku akan berjumpa dengan-Nya." Pengetahuan yang diutarakan oleh Ayub ini melukiskan pengharapan
yang mempersatukan kekekalan dengan kesementaraan. "Aku mengetahui Tuhanku, Penebusku hidup."
Inilah kalimat pertama dalam Alkitab yang mencetuskan iman kepercayaan orang Kristen yang
melampaui semua agama. "Karena Penebusku adalah Penebus yang mengalahkan kematian dan bangkit,
sehingga Dia hidup. Aku tahu bahwa Penebusku hidup dan pada hari terakhir, ketika dunia kiamat, Dia
akan berdiri di atas bumi ini. Dia akan datang kembali." Pada waktu Ayub menulis ayat yang begitu
penting, Kristus belum inkarnasi, belum datang ke dalam dunia, belum mengalahkan pencobaan, belum
dipakukan di atas kayu salib, belum dikuburkan, belum dibangkitkan pula dari antara orang mati. Tetapi
Ayub melihat dengan iman akan wahyu yang Tuhan berikan dalam hatinya. Dia mengetahui sedalam-dalamnya
bahwa Penebusnya hidup, dan pada hari kiamat nanti Dia akan berdiri di dunia ini untuk
mengatasi dan menghakimi seluruh umat manusia.
All things work together, begitu banyak hal yang Tuhan perbolehkan terjadi, pada waktu kita tidak
mengerti, jangan kita bersungut-sungut, atau melawan Dia, atau marah kepada-Nya, biarlah orang
Kristen belajar bersabar untuk menunggu, serta berkata di dalam hati, Tuhan, apa yang Kau kerjakan
lebih besar daripada kemungkinan aku mengerti, biarlah aku bersabar dan hanya taat kepada-Mu saja.
Sebab itu saya menghimbau orang kaya jangan menghina orang miskin, orang miskin juga jangan iri
terhadap orang kaya, orang pandai jangan membiarkan diri congkak, dan orang yang kurang pandai juga
jangan menghina dirinya sendiri. Karena segala sesuatu yang berada di bawah pengaturan Tuhan akan
menjadi baik dan indah jika motivasi kita adalah cinta kepada-Nya. Allah memperbolehkan penderitaan,
kesengsaraan, kesulitan menimpa seseorang untuk membuktikan bahwa orang yang mencintai-Nya tidak
akan dihancurkan oleh penderitaan. Jika seseorang tetap bersih, tetap setia, tetap mempunyai watak yang
anggun dalam penderitaan dan kesengsaraan, maka Tuhan akan berkata kepada setan, "Coba lihat anak-Ku
yang satu ini, meskipun diberi penderitaan dan kesengsaraan, ia tetap teguh, tetap jujur, tetap berdiri
dengan teguh dan setia kepada-Ku." Penderitaan-penderitaan yang diizinkan oleh Tuhan untuk menimpa
diri orang Kristen adalah alat yang paling baik untuk membuat setan undur. Penderitaan-penderitaan
besar yang Tuhan berikan adalah yang paling baik bagi kita untuk menyumbat mulut Iblis yang selalu
menuduh kita.

Ada 3 pekerjaan setan yang besar, yang dicatat oleh Alkitab:
1. Setan adalah pencoba manusia, yang menggoda manusia berbuat dosa.
2. Setan adalah perintang Allah dalam menghambat terlaksananya rencana-rencana Allah.
3. Setan adalah penuduh orang suci akan dosanya di hadapan Tuhan Allah siang dan malam.
Ketiga hal ini adalah pekerjaan setan yang tidak habis-habisnya. Tuhan memperbolehkan semua ini
terjadi, tapi bagi mereka yang mencintai Tuhan, ada jalan keluarnya. Setan menuduh, mencobai dan
merintangi, karena itulah pekerjaannya. Mengapa Allah membiarkan setan ini berada? Untuk
membuktikan sekalipun setan ada, tetap tidak mungkin menjatuhkan gereja. Sepanjang sejarah, gereja
telah diombang-ambingkan, dikacaukan oleh setan. Banyak pemimpin-pemimpin gereja yang tidak
waspada, malah lebih suka bekerja dengan setan, untuk menjadi alat setan, sehingga tubuh dan gereja
Yesus Kristus kehilangan kemuliaan yang sesungguhnya.
Dalam Mzm 119, Mazmur yang terpanjang, terdapat beberapa kalimat mengenai sengsara. Dan ada
dua ayat yang sangat penting, yaitu ayat 67 dan 71, yang di dalamnya terdapat dua istilah mengenai
penderitaan. Pemazmur berkata, "sebelum menderita, aku pernah jalan sesat." (terj. LAI: 'tertindas',
Red). Kedua, "penderitaan itu berfaedah bagi diriku." Saya minta engkau memikirkan kedua kalimat itu.
Sebelum penderitaan, saya selalu berjalan pada jalan yang sesat, dan di dalam penderitaan, saya
mengalami faedah dari Tuhan Allah. Tidak pernah ada sebuah cincin emas yang tidak melewati api.
Tidak pernah ada sebuah berlian yang tidak mengalami asahan dan dibentuk dengan indah. Tidak ada
pakaian yang indah yang tidak mengalami digunting dan dijahit dengan jarum yang tajam. Jika emas
memerlukan api, sehingga warnanya nyata, berarti pembakaran adalah hal yang sangat diperlukan oleh
setiap orang. Jika berlian perlu diasah sampai bisa berbentuk indah, berarti orang Kristen juga
memerlukan penderitaan. Demikian juga ketika kain yang indah dipotong oleh gunting yang tajam dan
jarum yang menusuk, semua itu membuktikan ketika kita berada di tangan Tuhan, Tuhan
memperbolehkan segala penderitaan menimpa diri kita merupakan rencana yang agung untuk kebaikan
kita. Puji Tuhan! Mengapa Allah membiarkan setan ada? Jawabannya tetap dari kitab Ayub, di mana
Tuhan memegahkan, memuliakan Ayub dan berbantah dengan setan, "Bukankah kau minta kepada-Ku
agar hidup Ayub disiksa olehmu? Agar tubuh Ayub diberi sebanyak mungkin penyakit?" Jangan kita
memutlakkan semua penderitaan dan penyakit berasal dari setan. Itu adalah ajaran yang tidak benar.
Semua penyakit dan semua penderitaan kalau bukan diizinkan oleh Tuhan, setanpun tidak mungkin
memberikannya pada tubuh orang Kristen. Jika Tuhan mengizinkan, meskipun penyakit-penyakit itu
menyerang diri kita, orang yang mencintai Tuhan pada akhirnya akan mengalahkan semua itu.
"Sekarang lihatlah," kata Tuhan, "bahwa imannya terhadap-Ku tetap teguh." Iman kepercayaan
orang Kristen tidak boleh hanya dibangun di atas bahagia dan keuntungan yang Tuhan berikan kepada
kita. Saya percaya hari ini di antara Anda ada yang lancar luar biasa, ada yang sama sekali tidak lancar,
ada yang berdagang mati-matian, kerja dengan sesetia mungkin tapi terus tidak mendapat keuntungan,
ada yang sepertinya tidak usah bekerja apa-apa, hanya dengan mengangkat telpon saja sudah dapat uang
milyaran uang.
Saya tidak mengerti mengapa. Namun saya berkata kepadamu, pada saat ujian, pencobaan,
kesulitan, dan penderitaan menimpa dirimu, janganlah kau cepat-cepat bersungut-sungut kepada Tuhan,
karena itulah waktu setan memakai dirimu untuk mencela Tuhan. Saat itu biarlah kau kembali kepada
Alkitab, "Sebab aku tahu, segala sesuatu bekerja sama untuk mendatangkan faedah bagi mereka yang
cinta Tuhan." Dalam kesulitan yang bagaimanapun, peliharalah hatimu yang cinta kepada-Nya,
peliharalah pikiranmu yang bersih, peliharalah hatimu yang tidak mau ditinggalkan oleh cinta Tuhan.
Peliharalah dirimu di dalam kasih Allah senantiasa. Tegakkan dirimu di atas firman Tuhan yang suci dan
yang benar itu, dan berdoalah di dalam Roh Kudus.
Sekali lagi saya menjelaskan istilah ini, berdoa di dalam Roh Kudus tidak berarti berdoa di dalam
bahasa Roh, sebagaimana berjalan di dalam Roh tidak berarti berjalan dengan bahasa Roh, melainkan
berarti mengikuti pimpinan dan jejak Roh Kudus, sehingga perjalanan hidup sehari-hari kita dipimpin
oleh oknum ketiga dari Allah Tritunggal. Dan berdoa dalam Roh berarti seluruh hidup doa kita adalah
doa yang dipimpin dalam naungan Roh Kudus. Karena Roh dengan keluh kesah yang tidak terkatakan
telah membantu mengoreksi doa kita menjadi doa yang suci dan murni, yang boleh berkenan kepada
Tuhan Allah.
Allah Bapa dengan kasih-Nya melindungi kita, Allah Anak dengan firman-Nya mendidik kita,
Allah Roh Kudus dengan kebijaksanaan yang melampaui manusia memimpin kita, dan dengan keluh
kesah-Nya menolong kita berdoa. Allah Bapa, Allah Anak, dan Allah Roh Kudus tidak akan
meninggalkan kita, dan kitapun jangan meninggalkan Dia. Jangan kita berusaha keluar daripada tangan
Tuhan lalu kita minta dipelihara, itu tidak mungkin. Biarlah kita tetap berada di dalam cinta Tuhan, dan
barangsiapa yang mencintai Tuhan mendapatkan faedah. All things work together for good to those who
love Him. Siapakah di antara kita yang berkata, "Tuhan, di hari -hari aku lancar aku cinta Kau, di hari-hari
aku sehat aku cinta Kau, di hari-hari aku beruntung aku cinta Kau, di hari -hari aku merasa picik dan tidak lancar,
di hari-hari aku mengalami penderitaan, kerugian, Tuhan aku mau tetap cinta Kau." Tuhan
akan menghapus air matamu untuk melihat bahwa hari depanmu tetap ada penyertaan-Nya, Dia tidak
akan meninggalkanmu. Karena segala sesuatu bekerja sama mendatangkan faedah bagi mereka yang
mengasihi Dia.

Sumber: Majalah MOMENTUM No. 26 - April 1995